Diagnosis diabetes gestasional ditegakkan apabila saat dilakukan skrining diabetes pada usia kehamilan 24-28 minggu ditemukan peningkatan kadar glukosa darah puasa dan peningkatan kadar glukosa 2 jam post prandial saat dilakukan tes toleransi glukosa.

Anamnesis

Tanda dan keluhan pasien dengan diabetes gestasional tidak spesifik. Pasien bisa saja tidak mengeluhkan apa pun. Namun, pada saat anamnesis perlu dilakukan evaluasi mengenai faktor risiko seperti usia, riwayat diabetes dalam keluarga, riwayat diabetes gestasional sebelumnya, hipertensi, hiperlipidemia, dan riwayat melahirkan anak dengan berat >4000 gram. [7,9]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan tanda-tanda vital yang normal dan tidak ada pemeriksaan fisik yang spesifik pada diabetes gestasional. Pemeriksaan fisik berupa perhitungan indeks massa tubuh pada awal kehamilan perlu dilakukan untuk mengetahui faktor risiko obesitas. Pengukuran tekanan darah juga diperlukan untuk melihat apakah ada faktor risiko hipertensi. [7]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari diabetes gestasional adalah diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.

Diabetes Tipe 1

Hampir tidak ada perbedaan pada tanda dan gejala dari diabetes tipe 1 dan diabetes gestasional, walaupun pada diabetes tipe 1 gangguan glukosa dan kecenderungan untuk ketosis lebih besar. Pada diabetes tipe 1 biasanya pasien sudah terdiagnosis sebelum kehamilan dan dapat terjadi beberapa komplikasi diabetik, seperti neuropati, retinopati, dan albuminuria. Dapat dilakukan pemeriksaan HbA1c pada saat kehamilan awal untuk membedakan dengan diabetes gestasional. Pada diabetes tipe 1 kadar HbA1c biasanya lebih tinggi dan pada diabetes gestasional kadar ini bisa normal.[11]

Diabetes Tipe 2

Hampir tidak ada perbedaan pada tanda dan gejala dari diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional. Pada wanita hamil dengan diabetes tipe 2 biasanya memiliki riwayat obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, dislipidemia, acanthosis nigricans, dan ada riwayat sindrom polikistik ovarium. Pada diabetes tipe 2 kadar HbA1c biasanya lebih tinggi dan pada diabetes gestasional normal pada awal kehamilan. [11]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan kadar gula darah merupakan aspek yang sangat penting untuk mendiagnosis diabetes gestasional.

Pemeriksaan Gula Darah

American College of Obstetrician and Gynecologist (ACOG) dan Perkumpulan Kedokteran Endokrinologi Indonesia (PERKENI) menyarankan untuk melakukan tes skrining gula darah pada semua wanita hamil pada saat pertama kali datang untuk kunjungan antenatal dan melakukan reevaluasi pada usia kehamilan 24-28 minggu. Skrining gula darah dilakukan untuk mendeteksi risiko diabetes gestasional. Kadar gula darah yang diukur adalah kadar gula darah puasa dan 2 jam post prandial. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan pengukuran adalah:

Tiga hari sebelum pemeriksaan, jangan melakukan perubahan pola makan dan aktivitas fisik
Puasa selama minimal 8 jam sebelum tes, boleh minum air putih
Lakukan pengukuran kadar gula darah puasa terlebih dulu, kemudian minum glukosa anhidrosa 75 gram pada 250 ml air dalam waktu 5 menit
Setelah itu, kembali berpuasa selama 2 jam, lalu melakukan pemeriksaan konsentrasi glukosa 2 jam post prandial.[7]
Menurut ACOG, kadar normal gula darah puasa pada kehamilan adalah ≤ 95 mg/dL dan kadar normal gula darah 2 jam post prandial adalah 120 mg/dL. [14]

Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) perlu dilakukan untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan fetus. Berdasarkan hasil USG, dokter kandungan dan endokrin dapat melakukan evaluasi tatalaksana pada bayi maupun ibu dan dapat membuat perencanaan tatalaksana persalinan. Pada diabetes gestasional, seringkali terjadi makrosomia yang bisa menyebabkan bayi tidak dapat lahir per vaginam.